Selasa, 24 April 2012

Ternyata, tempat itu masih miliknya

Tanggal 23 kemarin tepat setahun aku menyandang status sebagai perantauan dan entah kenapa "flashback" itu datang lagi. Setahun yang lalu tepat ditanggal 23 April 2011, adalah hari terakhir aku melihat sosok itu. Sesosok "anak" laki-laki yang mengantarkan kepergianku untuk berjuang meraih cita-citaku. Dia menggunakan jumper salah satu favoritnya. Jumper berwarna hitam dan abu" itu melekat pas pada tubuh tinggi menjulangnya dan tak lupa dia membawa tas samping andalannya. Ya aku masih mengingat jelas hari terakhir pertemuan itu dan aku pun masih "mengingat" dengan jelas kesakitan yang ada pada hari itu. Malam sebelumnya aku mengharapkan kehadirannya di depan rumahku, hanya untuk mengucapkan salam perpisahan dan mengingat semua yang telah terjadi. Namun baginya itu hanyalah selembar kertas usang yang tak berarti lagi. Sama seperti kertas itu, akupun saat itu sudah tidak berarti juga untuknya. Aku hanyalah masa lalu dan bukan masa depan untuknya. Saat itu aku sudah tidak mengharapkan apapun. Aku sibuk membereskan semua perlengkapan serta keperluan pindahku ke Surabaya.Hingga sampai pada waktu aku sudah lelah untuk menangis, handphone ku berbunyi. Satu pesan yang ternyata dikirim olehnya. "Besok hati" ya dijalan"  kalau tidak salah itulah yang dia kirimkan. Aku bingung kenapa pada saat itu airmata ku kembali basah dan kembali tumpah. Aku meminta maaf karena dulu pada saat dia membutuhkanku untuk disampingnya, aku malah tidak peduli. Dan pada saat aku mulai berharap untuk memulainya kembali dari awal, ternyata aku harus menguburnya. Ternyata aku salah. Hati itu telah pergi. Hati itu sudah bukan untukku. Dan hati itu sudah mati untukku. Dia memaafkan atas semua kesalahnku bagiku itu sudah cukup dan bagiku itu adalah bagian untuk "kembali" mencintainya. Keesokan hari adalah hari yang paling mengharukan bagiku. Aku harus berpisah dengan kedua orangtuaku dan harus berpisah dengannya. Tanpa suatu harapan yang aku inginkan, dia datang. Ah mungkin bukan untuk mengantarku tetapi untuk mengantarkan kepergian teman-teman yang lain juga. Bisa dibayangkan pembengkakkan yang terjadi di mataku akibat semalaman menangis. Tapi entah kenapa kali ini aku tidak peduli menangis dihadapannya. Saat keberangkatanku tiba. Gelang untuknya yang kubeli beberapa hari sebelum keberangkatanku pun tak sempat aku berikan. Aku masih mengingatnya...... aku masih merasakannya....... belaian lembut dari tangannya yang mengusap kepalaku pada saat itu dan pelukan yang ia beri. Aku menangis tapi tetap tak ingin terlihat lemah dihadapannya, aku segera menuju pesawat setelah berpamitan dengan teman-teman yg mengantar dan juga kedua orang tua ku. Aku sempat berbalik dan melihat ia tersenyum. Senyuman yang saat ini sudah bukan milikku.

Hampir satu tahun aku dan dia tak bertemu. Yang aku tau dia saat ini sudah sangat bahagia. Dia mendapatkan apa yang dia mau. Hobinya dan seseorang yang pas untuknya. Ya dia sudah mendapatkan semuanya. Suatu malam aku bermimpi tentangnya. Di mimpi itu pada intinya dia ingin memegang tanganku, tapi aku menolaknya dengan menangis. Aku kira aku hanya menagis dalam mimpi, tapi ketika aku terbangun, mata ku basah, airmataku tumpah, dan dadaku sesak. Sampai saat ini aku masih tidak tahu kenapa aku masih begini. Aku masih memikirkan apakah dia masih ingat apa yang tidak kusukai, apakah dia masih ingat apa yang kusukai, apakah dia masih menggunakan gelang yang aku belikan untuknya. Ah iya gelang itu pada akhirnya aku titipkan melalui temanku untuk diberikan kepadanya.

Aku hanya ingin meminta,,
Kepadamu yang saat ini sudah berbahagia. Maukah kamu pergi dengan membawa segala kenanganmu? Maukah kamu pergi dengan segala bayanganmu? Atau paling tidak ajari aku bagaimana cara bahagia tanpamu.

0 komentar:

Posting Komentar