Sabtu, 26 Mei 2012

Dia

Aku melihatnya sebagai matahari yang bersinar. Aku melihatnya sebagai angin yang berhembus. Aku melihatnya sebagai api yang berkobar. Dan aku melihatnya sebagai kehidupan di diriku. Apa yang istimewa ? Tidak ada. Tidak ada yang istimewa darinya. Bahkan dia sudah dicap buruk oleh orang sekitarku. Tapi kenapa aku masih melihatnya sebagai kehidupan. Ketika dia disampingku, aku merasa mampu menghadapi berbagai cercaan dan cemooh yang akan kudapatkan. Padahal dia tidak melakukan apapun. Hanya duduk disampingku. Diam. Bahkan tidak memandangku.

Dia anak Adam yang tercipta sama seperti anak Adam yang lainnya. Keras, dingin, dan tidak peduli. Tapi dia tetaplah manusia yang Tuhan ciptakan dari tanah. Bisa hancur kapan saja. Aku ingin bisa menjadi seseorang yg menenangkannya disaat dia mulai mengalami retakan-retakan dalam hidupnya.

Aku senang melihatnya apa adanya. Yah hanya menjadi dirinya sendiri. Dia tidak perlu berakting sebagai penjilat untuk disukai orang-orang sekitarnya.Tapi dia masih terhalang pada memori masa lalunya. Sama sepertiku. Masa lalu yang masih kami harapkan untuk bisa menjadi masa depan kamu lagi. Ketika masa lalu masih memenangkan hati kami, maka logika kamu akan tumpul. Tak maukah dia menjadikanku masa depannya ? Bukan masa lalunya itu ?...

Teruntuk teman baruku, aku terlalu cepat untuk memutuskan bahwa kau yang kupilih untuk menyembuhkan luka ini. Maukah kita berteman saja dulu ? Aku ingin tau apa yang membuatmu begitu dingin kepadaku.

0 komentar:

Posting Komentar